بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الْآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِّنْهَا بَلْ هُم مِّنْهَا عَمِونَ
﴿٦٦﴾
Quraish Shihab
Pengetahuan mereka tentang akhirat yang berawal dari ketidaktahuan berubah menjadi keraguan. Mereka bagaikan orang buta, karena tidak mau berusaha mencari alasan-alasan yang membenarkan adanya hari akhir. Hal itu lantaran mata hati mereka telah dirusak oleh kesesatan.
Tafsir Jalalayn
(Apakah) lafal Bal di sini bermakna Hal, yakni apakah (sampai ke sana) lafal Iddaraka pada asalnya adalah Tadaraka, kemudian huruf Ta diganti menjadi Dal kemudian di-idgam-kan kepada Dal, lalu ditariklah Hamzali Washal, artinya sama dengan lafal Balagha, Lahiqa, atau Tataba'a dan Talahaqa, yaitu, sampai ke sana. Menurut qiraat yang lain dibaca Adraka menurut wazan Akrama, sehingga artinya menjadi, Apakah telah sampai ke sana (pengetahuan mereka tentang akhirat?) yakni mengenai hari akhirat, sehingga mereka menanyakan tentang kedatangannya. Pada kenyataannya tidaklah demikian (sebenarnya mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, bahkan mereka buta daripadanya) 'Amuna berasal dari kata Umyul Qalbi yang artinya buta hatinya; pengertian ungkapan ini lebih mengena daripada kalimat sebelumnya. Pada asalnya lafal 'Amuna adalah 'Amiyuna, oleh karena harakat Dhammah atas Ya dianggap berat untuk diucapkan, maka harakat Dhammah-nya dipindahkan kepada Mim, hal ini dilakukan sesudah terlebih dahulu harakat Kasrah-nya dibuang, sehingga jadilah 'Amuna.